Baca: Yohanes 3:22-36
"Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas." Yohanes 3:34
Tugas memberitakan Injil bukan semata-mata tanggung jawab hamba Tuhan (pendeta), penginjil, fulltimer atau para sarjana teologia. Tugas itu ada di pundak semua orang percaya tanpa terkecuali, sebab "...kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan." (1 Petrus 2:9-10).
Tugas sebagai pemberita Injil sangat mulia, karena itu kita harus meresponsnya dengan baik dan benar serta penuh tanggung jawab. Ini juga yang dilakukan oleh Yohanes pembaptis, mengerjakan panggilannya dengan sangat rajin dan bersungguh-sungguh. Ia pun mempersiapkan diri sebaik mungkin dengan memisahkan diri dari berbagai hal yang tidak berkenan kepada Tuhan agar layak dipakai sebagai alat kemuliaanNya. Dalam mengerjakan tugas pelayanannnya Yohanes pembaptis tetap memegang prinsip: "Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil." (Yohanes 3:30). Ia tidak mencari pujian dan hormat manusia atau supaya dirinya makin terkenal dan kian diminati oleh orang banyak, tapi segala pujian dan kemuliaan hanya dipersembahkan bagi Tuhan Yesus semata, karena Dialah yang berhak menerimanya. Inilah pernyataan Yohanes pembaptis, "Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak." (Markus 1:7). Meski sebagai pembuka jalan bagi Tuhan, ia tetaplah orang yang rendah hati dan berada di jalur yang benar.
Di zaman sekarang ini tidak sedikit kita yang melayani Tuhan mulai ke luar dari jalur yang benar, apalagi yang sudah 'jadi' terkenal, sehingga tanpa terasa motivasi dalam melayani Tuhan sudah tidak murni seperti sediakala. Kita lebih mengedepankan hal-hal yang bersifat lahiriah sehingga pelayanan yang kita lakukan hanya sebagai aktivitas rutin semata, dan kita pun lebih senang menerima pujian dari orang yang kita layani! (Bersambung)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Maret 2013 -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar